Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pakcik Menjagaku Selama 20 Tahun Sampai Akhirnya Dia Jatuh Sakit, Tapi Tak Disangka “Dia Mengeluarkan Kata-Kata Ini” dan Membuatku Pulang Sambil Menangis!


Keluarga adalah tempat perlindungan yang baik, tempat mendapat perhatian dan pertolongan, tempat mendapat penghiburan. Tapi bagaimana dengan seseorang yang sudah kehilangan keluarga dekatnya sejak kecil dan dipelihara oleh pamannya? Kisah ini dialami oleh Ria, seorang wanita yang memiliki kehidupan yang sulit sejak kecil dan akhirnya dirawat oleh pamannya sendiri…

Sejak kecil, aku nggak pernah dapet yang namanya kasih sayang orangtua. Buat saya, orangtua yang saya punya itu cuma paman saya. Papa dan mama sudah bercerai sedari aku kecil. Papa tidak sanggup merawatku dan mama pergi dengan pria lain. Akhirnya tinggallah pamanku yang mengangkatku sebagai anak.

Dari kecil, aku berpikir, tidak ada orang yang harus saya balas budinya selain pamanku. Bahkan orangtuaku pun tidak.

Sejak aku kecil, pamanku selalu melakukan banyak pekerjaan. Sesekali dia membantu orang lain berjualan teh, pernah juga bekerja di PLN, sesekali menjadi guru honorer, dan dia adalah seseorang yang sangat berhat-hati waktu mengeluarkan uang. Orang-orang yang tidak kenal pamanku mungkin akan mengira dia adalah orang yang pelit dan perhitungan.

Tibalah saat aku lulus SMA. Waktu itu, karena aku melihat pamanku yang bekerja susah payah untuk memenuhi kebutuhan hidup kami, aku memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah dan langsung bekerja, demi supaya aku juga bisa menjaga paman saya. Sebenarnya paman pernah punya istri, tapi karena 1 dan lain hal merek bercerai.

Paman saya seumur hidup hanya punya saya yang menjaganya. Sejak aku masuk ke dalam hidupnya, paman jadi orang yang berani dan tidak takut untuk menghadapi segala hal.

Suatu hari, aku mencoba untuk membelikan asuransi kesehatan untuk paman saya. Tapi 1 hal yang membuat hatiku hancur, saat pemeriksaan kesehatan dilakukan, pamanku divonis menderita kanker lambung. Aku sangat sedih. Hatiku hancur. Kenapa paman yang begitu baik dan satu-satunya orang dekatku harus mengalami penyakit mematikan itu?

Tapi aku tetap tidak menyerah, aku terus bekerja keras hari demi hari. Tabunganku sampai hari itu cukup banyak. Aku menggunakan semua uangku untuk mengobati pamanku. Aku tidak mau kehilangan pamanku.

Akhirnya uangku pun habis, pamanku belum juga sembuh, tapi aku tetap tidak menyerah. Aku terus bekerja dan bekerja, uang sedikit yang berhasil kukumpulkan kupakai untuk mengobati paman. Aku bekerja tanpa rasa takut.

Suatu hari pamanku memanggilku ke ruang istirahatnya, “Ria, kamu jangan kerja terlalu keras lagi. Kasihan kamu capek begitu. Aku udah tua, uangmu juga habis buatku. Biarlah aku pergi. Kamu jangan bersusah-susah lagi. Aku tahu berapa banyak uang yang kamu habiskan. Ini, tabungan yang aku punya, semuanya untuk kamu, nggak banyak, tapi semoga ini bisa membantu kamu hidup lebih layak. Rumah yang lama, sudah siap juga untuk direnovasi, setelah aku pergi, kamu tinggal disana ya. Sudahlah nak, istirahatlah.”

Aku tidak tahu pamanku terus menghemat selama ini demi memberikan semua ini untukku. Aku tidak berhasil menyembuhkan pamanku, tapi sampai detik terakhir beliau hidup, kasih sayangnya terus diberikan buatku. Paman, terima kasih ya…

sumber: https://www.exoramaroon.com/
x