Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SURAT TERBUKA MANTAN MENPORA ADHYAKSA DAULT UNTUK HTI


Pernyataan sepihak dari Organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) bahwa pilkada serentak yang akan berlangsung pada 9 Desember 2015 tidak akan memberikan kontribusi perubahan besar bagi masyarakat Indonesia mendapatkan Tanggapan dari mantan menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault.


Adhyaksa Dault sangat menyayangkan HTI dengan melakukan hasutan kepada umat Islam agar antipati terhadap pilkada dengan membuat selebaran dengan judul “Pepesan Kosong Pilkada Serentak“

Astagfirullah !! Apakah kalian tidak membuka mata kalian melihat berapa banyak pemimpin pemimpin Islam di daerah yg berjuang dengan caranya sendiri mencoba menegakkan sebagian syariat islam dengan sebatas kemampuan mereka” tulis Adhyaksa dalam petikan Surat Terbukanya sebagaimana dilansir sharia, senin(7/12/2015).

Berikut ini Surat Terbuka Adhyaksa Daul yg ditujukan kepada Hizbut Tahrir Indonesia terkait pilkada:

“Islam tidak melarang seorang muslim memimpin negara meskipun negaranya belum islami, contohnya at- Thufail bin Amru Addausi setelah masuk Islam tetap memimpin walaupun sebagian rakyatnya masih keberatan dengan diterapkan larangan perzinahan atas mereka…

Raja An-Najasyi masuk Islam tapi selama tiga tahun wilayahnya belum bergabung dengan pemerintahan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan belum bisa menerapkan syariat Islam. Begitu juga raja sebelumnya masuk Islam tapi merahasiakanya supaya tidak digulingkan oleh uskup-uskup di Habasyah.

Al Islam tidak melarang membantu pemimpin yang kafir dalam tugasnya mencegah kezaliman. Di masa jahiliyah terjadi hilful fudlul yang sepakat mencegah kezaliman atas warga. Itu terjadi sebelum Nabi diutus sebagai Rasul kemudian Nabi mengomentarinya: seandainya aku diundang sekarang di masa Islam niscaya aku akan ikut dalam pakta itu. Dan ini menunjukkan boleh membantu negara-negara kafir dalam upaya mencegah kezaliman atas negara manapun. Apalagi membantu pemerintah yang dipimpin oleh presiden muslim dalam rangka mencegah kezaliman atas rakyat dalam bentuk apapun. Baik kezaliman militer, politik, ekonomi, sosial maupun yang lain.

Maka boleh menjadi menteri atau gubernur dalam pemerintahan ini walaupun tidak berasasksn Islam untuk mencegah kezaliman atas kaum muslimin.

Islam tidak melarang menduduki jabatan dalam pemerintahan yg tidak berasaskan syariat Allah seperti halnya Nabi Yusuf ‘alaihis salam dalam pemerintah kerajaan Mesir di mana urusan keuangan negara diserahkan kepada nabi Yusuf ‘alaihis salam. Demikian sejarah bicara tentang kepemimpinan dalam Islam. Kalau memang HT menganggap pilkada atau pemilu itu bertentangan dengan syariat Islam, setidaknya untuk daerah-daerah tertentu di indonesia seperti Jakarta dan Kalimantan Barat, mereka sedang bertarung menghadapi pemimimpin-pemimpin yg berlindung di balik baju nasionalisme tapi mereka sesungguhnya membenci pemimpin Islam!!

Bagaimana dengan pemimpin Islam yang punya peluang untuk memenangkan pilkada demi juga perjuangan Al Islam lalu kalian dengan mudahnya mengeluarkan brosur selebaran yang mengatakan kalau pilkada atau pemilu itu pepesan kosong dan malah memprovokasi ummat Islam untuk tidak memilih atau golput dan kalian bagi-bagikan dari masjid ke masjid, dari mushollah kemushollah!! Apakah itu artinya sama juga kalian membiarkan pemimpin-pemimpin di luar Islam memenangkan pemilihan? Astagfirullah!! Apakah kalian tidak membuka mata kalian melihat berapa banyak pemimpin-pemimpin Islam di daerah yang berjuang dengan caranya sendiri mencoba menegakkan sebagian syariat Islam dengan sebatas kemampuan mereka. Sadarkah kalian ? Kalian saksikan bagaimana walikota Bogor, Gubernur Jabar, Surabaya,Bojonegoro serta masih banyak lagi di daerah yg telah berbuat untuk dakwah dan Islam? Sadarkah kaliaan? Tolong kalian harus sadar.

Khilafah pasti ada tanpa atau peran HTI! Dan bukan hanya kalian yang mengklaim berjuang untuk tegaknya Khilafah!! Maka biarkan mereka yang berjuang dengan caranya sendiri baik dari dalam sistem atau di luar sistem saling bahu membahu! Bukan dengan cara melemahkan perjuangan mereka dengan brosur-brosur, selebaran-selebaran yg ujungnya memprovokasi orang Islam untuk tidak memilih dengan menyebarkannya di masjid-masjid, mushollah-mushollah seperti yang kalian lakukan! Wallahu a’lam.

Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa membuka mata hati pemimpin kalian. Tolong Sampaikan pesan ini pada pemimpin kalian nun jauuh di sana! Yang kalian sami’na wa a’tho’na padanya! Katakan ini pesan dari seorang Indonesia yang rindu pada khilafah yang rindu akan kejayaan Islam ! Yang pernah lima tahun menjabat menteri di Indonesia dan sudah sering ikut acara kalian! Bahkan hari ini di-bully di medsos dari lawan-lawan politiknya dengan memposting fotonya ketika memegang bendera Khilafah bendera HT di Istora Senayan dan mereka komentari dengan mengatakan inilah calon Taliban! Islam Ekstreem!… Tapi dia tetap ikhlas menerimanya karena ini bagian dari resiko perjuangan tegaknya khilafah! Tapi tidak mau mematahkan perjuangannya dan ikhwah-ikhwahnya yang berjuang dalam sistem yg ada karena kondisi yg ada menghendaki demikian !…. Wa kafaa billahi syahiidaa!